Mari kita sebut saja dia lentera
Tak bersuara, tak begerak
Namun aksinya nyata pada dunia, menggemparkan semesta
Pandangan cakrawala dan barisan generasi yang akan datang
Menyongsong janji janji yang dibawa mati
Dia, sebagai saksi bisu lentera kecil dari sudut tergelap
Di dalam lorong lorong yang bergema
Menantang semesta
Katanya, merunduklah lentera kecilmu pulang.
Mentari membungkuk,
Menyambut hormat pada gemerlap sinar kecil dibalik kaca
Lentera temaram yang mulai meredup
Cahaya kecil yang memberi setitik harap
Diam nya membentuk bangsa
Usiknya Menjadi kunci peradaban
wahai lentera usang,
Sinarmu menjadi pusat kehidupan
Hargamu yang tak dapat dituker dengan dolar
Hilangmu menggaduhkan, mengibas jauh kedamaian
Kini kembali lah, harap semesta.
Terlambat,
Dunia kembali menampakan kebodohan diri
Lentera usang tak kuat lagi menahan gemercik binar untuk setiap sudut ruang yang gelap
Untuk setiap lorong lorong yang kehingalan arah saat terhempit kenyataan
Dan mereka semua berlalu dengan bengah
Menampakan kebodohan dengan bangga
Semesta gagal, ada yang hilang dan lenyap
Lentera yang tak bergeming, sunyi.
Gelap,
Ia yang redup dunia yang gagap
Padam,
Selamat tinggal kehidupan, selamat datang kebodohan.
Puisi karya Hananda Fitri Nur Fadzillah
Instagram : @hanandafadz
0 comments:
Posting Komentar