Anak Baru?
Kicauan burung menenangkan hati, embun menempel di daun, dingin menyeruak ke dalam tulang. Seorang gadis remaja sedang duduk di jendela kamarnya, menikmati semua suasana itu. Hahh, terasa sangat tenang hati ini, batinnya.
***
“ARINII!”
Teriak sebuah suara mengagetkannya, ternyata sudah setengah jam dia duduk disitu, tidak terasa sekali sudah saatnya ia harus kembali ke rutinitas awalnya, pergi ke sekolah.
“Iya, Ma. Arini siap-siap.”
Arini pun segera bersiap untuk berangkat ke sekolah, mandi, memakai seragam, dan setelah dirasa sudah siap ia segera keluar dari kamar dan menghampiri ibunya di dapur untuk sarapan.
“Maa, masak apa hari ini?” Tanya arini seraya memeluk pinggang mamanya dari belakang yang sedang menyiapkan sarapan
“Nasi goreng sama telur mata sapi, kesukaan kamu. Sana duduk, biar mama siapin dulu.”
“Asiik, aku sayang mama.” Ucap Arini sambil mencium pipi mamanya dan duduk di meja makan
Arini dan mamanya pun sarapan dengan tenang dan sesekali Arini bercerita tentang kehidupan sekolahnya.
“Arini berangkat dulu, ma.” Arini mencium punggung tangan ibunya
“Hati-hati, sayang.”
Arini pun pergi dengan sepeda motornya sambil melambaikan tangan kepada mamanya
***
15.30 WIB, SMA NUSA BANGSA
Kegiatan sekolah memang sangat melalahkan, jam segini lah jam yang sangat menyenangkan karena sudah waktunya pulang ke rumah. Arini pun segera menuju lahan parkir tempat iya memarkir motor dan melajukan motornya untuk pulang ke rumah.
Saat diperjalanan pulang, di dekat rumahnya ia melihat ada dua anak kecil sedang bertengkar di pinggir jalan. Arini pun berniat untuk menghampiri dan memisahkannya.
“Hey hey kamu berdua. Udah-udah jangan bertengkar!” Ucapnya seraya memisahkan keduanya
“Kak, dia duluan tau ga dia ngambil mainan aku.”
“Bener itu? Kamu ngambil mainannya?”
Anak itu malah lari menjauh seraya melempar mainan itu ke tanah.
“Nyebelin banget si kamu!”
“Udah-udah gapapa, sekarang kamu pulang. Ini mainannya, ga rusak kok agak kotor aja sedikit.”
“Makasih ya kak”
Arini tersenyum seraya melihat anak itu yang jalan pulang ke rumah yang memang dekat dari situ. Arini terdiam dan berpikir tentang anak yang lari tadi, sepertinya ia merasa belum pernah melihat anak itu sebelumnya. Ia pun akhirnya melanjutkan perjalanan untuk kembali ke rumahnya.
Sesampainya di rumah ia tidak lupa mencium tangan mamanya dan segera ke kamarnya untuk membersihkan diri. Selesai membersihkan diri, ia keluar dan ke ruang tengah untuk berbincang dengan mamanya, kemana ayah arini? Ayah arini sudah meninggal karena sakit jantung sejak Arini masih berumur 5 tahun.
“Ma, tadi masa ya kan aku lagi pulang ada anak kecil berantem deket lapangan rw itu loh.”
“Hah? Anak mana?”
“Yang satu si aku pernah liat di lingkungan kita, nah yang satu aku belum pernah liat. Ada yang baru pindah ya ma?”
“Baru pindah? Ohhh iyaiyaa, ada ada. 1 keluarga dua-duanya sibuk sih orang tuanya, jadi anaknya masih 5 tahun tinggalnya bareng sama mbanya art gitu.”
“Iya kali yaa dia kali ya. Pantes aja gapernah liat.”
“Kenapa sih emang berantemnya?”
“Katanya sih gara gara yang anak baru itu ngambil mainannya si anak satunya, rebutan, berantem deh. Pas aku tanyain eh si anak baru malah kabur sambil ngelempar mainannya aja gitu.”
“Kenapa gitu ya?”
“Gatau juga deh, ma.”
***
Keesokan harinya, Minggu pagi
Arini yang sedang berjalan mengelilingi lingkungannya melihat anak yang kemarin baru pindah itu katanya di dekat lapangan sedang duduk di penpopo yang ada dekat situ. Arini akhirnya memutuskan untuk menghampirinya.
“Hai, kamu.”
Anak itu ingin kabur lagi, tapi segera ditahan oleh Arini. “Ehh, jangan kabur. Gapapa sini aja ngobrol sama kakak. Kakak gaada temen nih.”
Akhirnya anak itu menurut, mereka pun duduk berdampingan di pendopo tersebut.
“Nama kamu siapa? Nama kakak Arini.”
Anak itu hanya diam saja
“Kok diam aja si, kan kakak mau kenalan.”
“Yah sedih deh kakak dikacangin.” Ucap Arini dengan raut wajah dibuat sedih
“Gio.” Jawabnya sangat pelan
“Ha? Siapa? Kakak gabisa denger.”
“Gio.” Dengan suara yang lebih pelan
“Ohh Gio. Gio baru pindah disini ya?”
Gio pun menganggunk
“Gio ke pendopo ini sama siapa?”
“Sendiri.”
“Loh mama papanya mana?”
“Kerja.”
“Terus Gio di rumah sendiri?”
“Sama mba.”
“Nah, mbanya kemana?”
“Ke pasar, Gio kabur.”
Arini terkejut mendengarnya namun berusaha tenang
“Kakak boleh Tanya?”
Gio hanya menjawab dengan anggukan
“Anak yang kemarin itu… dia nakalin kamu?”
Gio langsung menoleh kepadanya, mungkin terkejut dengan pertanyaannya
“Cerita aja sama kakak, kakak ga akan marahin kamu kok.”
Gio menjawab dengan gelengan
“Tapi kamu betul ambil mainannya?”
“Iya.”
“Kenapa?”
Gio diam sejenak
“Gio iri.”
Arini menunggu Gio melanjutkan ucapannya
“Gio juga mau mainan kaya gitu, Gio selalu cuma dikasih uang uang dan uang, Gio gabutuh uang, Gio mau mainannya dan juga mau main sama mama papa, dia bisa beli mainan dan main sama mama papanya. Gio gabisa.” Gio bercerita sambil menangis
Arini yang melihatnya iba dan langsung memeluknya, Arini terkejut anak seusia Gio sudah mengalami dan merasakan hal seperti itu, Gio kesepian dan kurang kasih sayang. Mentalnya sudah diuji sejak Gio berusia 5 tahun, karena hal itu bahkan ia sampai mengambil barang yang bukan haknya.
“Gio, kakak ngerti pasti berat. Tapi, mengambil barang orang lain itu ga baik, kalo Gio kesepian main sama kakak ya, kakak siap kok menemani Gio selalu, tapi izin dulu sama mba ya jangan kabur. Udah Gio jangan sedih lagi.”
Akhirnya mereka melanjutkan obrolannya dengan gelak tawa dan kebahagian yang terlihat, dan tentu saja menjadi teman baik.
Nama: Dinda Putri Rahmawati
Instagram: dinpuut
0 comments:
Posting Komentar