Minggu, 15 November 2020

14

Lentera by Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

Lentera

Pagi tersambut hujan, membuat matahari tak mendapat kesempatan untuk menampakkan diri memberi sinar jingganya. Namun, bagi Syifa ini tak menyurutkan semangatnya untuk kembali berpetualang di dunia pedalaman. Syifa selain menjadi mahasiswa PGSD semester 5, ia juga seorang pengajar para anak-anak di daerah pedalaman. Tapi tidak selamanya menetap di satu tempat mengajar. Ia random mencari tempat sesuai kebutuhan anak-anak itu sendiri agar tidak tercipta rasa bosan. Syifa tidak sendiri, ia ditemani oleh dua orang temannya yang bernama Niko dan Kevin. Mereka bertiga sudah dekat semenjak awal-awal menjadi seorang calon mahasiswa baru. Dan hingga sekarang, mereka saling menjaga tali silaturahmi antara satu sama lain.

Syifa, Niko dan Kevin pagi itu berencana untuk mengadakan kegiatan mengajar di daerah hutan pinus yang lumayan jauh dari kampusnya. Karena tempatnya yang rindang dan sejuk, pastilah suasana ini akan membuat para anak didiknya menikmati dan mudah dalam menyerap pembelajaran. Mereka menyewa sebuah bus ⁄ untuk membawa anak-anak. Juga tak lupa mereka membawa makanan ringan yang tentu saja untuk dimakan bersama saat jam istirahat.

“Vin, anak-anak udah pada siap semua?” tanya Niko.

“Udah dong.”

Kevin mengatur anak-anak untuk berbaris dan memimpin mereka untuk berdoa sebelum melakukan perjalanan. “Oke semuanya sebelum kita berangkat, alangkah baiknya kita berdoa dulu agar selalu diberi keselamatan dan kelancaran. Berdoa dipersilakan.”

Semuanya tampak menunduk berdoa memohon kepada-Nya agar diberi keselamatan dan kelancaran dalam melakukan kegiatan. Baik dari mulai mereka berangkat hingga berakhirnya kegiatan.

“Oke selesai semuanya. Sekarang tinggal berangkat ya,” ujar Kevin.

Satu per satu mereka masuk ke dalam bus dengan tertib. Saat semua sudah dipastikan berada dalam bus, mereka segera berangkat menuju hutan pinus. Mereka bernyanyi-nyanyi gembira dalam perjalanan dengan iringan tepukan tangan, agar mereka tidak merasa bosan.

“Nah, kita udah sampai yah adik-adik,” ucap Syifa.

Anak-anak pun bersorak gembira. Mereka segera turun dari bus dan berjalan masuk menuju hutan pinus didampingi oleh Kevin, Niko dan Syifa.

Di dalam hutan, mereka merasa tenang dan sejuk dalam suasana hijaunya pepohonan. Ditambah lagi ada beberapa wahana seperti flying fox, jembatan kayu, jarring laba-laba dan rumah pohon. Rasa tidak sabar memenuhi benak para anak kecil. Namun di samping rasa tidak sabar, mereka juga memiliki rasa takut karena ketinggiannya.

“Adik-adik, disana ada beberapa permainan ya. Nah, sebelum kalian mencoba. Kakak mau mengajak kalian untuk kembali belajar dulu tentang materi yang akan kakak kasih. Setuju enggak nih?” tanya Niko.

“Setuju kak,” jawab anak-anak serentak.

Niko dan Syifa memberikan pengajaran kepada anak didiknya. Sedangkan Kevin mengambil dokumentasi yang dilakukan saat itu. Kegiatan mengajar terlihat sangat mudah dilakukan oleh Niko dan Syifa, juga mungkin terlihat mudah untuk dipahami oleh para anak didiknya. Tidak sia-sia mereka memilih tempat untuk menyebarkan ilmu.

Hawa sejuk masih menyelimuti area perhutanan. Dan semuanya tampak tenang menjalani kegiatannya. Niko dan Syifa masih mengawasi anak-anak yang tengah menulis.

“Nik, habis ini langsung aja atau gimana?” bisik Syifa.

“Iya boleh. Soalnya kita enggak akan lama juga kan?”

“Iya kasihan kalau kelamaan. Kalau gitu, biar aku konfirmasi ke Kevin dulu buat check wahananya,” ujar Syifa.

“Oke,” ucap Niko.

Syifa menghampiri Kevin yang tengah duduk di ayunan. “Kevin, tolong check wahananya dong aman atau enggak. Bisa kan?”

“Bisa kok,” jawab Kevin.

“Nah, itu baru Kevin ganteng. Haha.”

Kevin paham maksud yang dikatakan Syifa dan menunjukkan wajah konyol kepadanya. Mereka pun tertawa bersamaan.



Kegiatan belajar-mengajar hari itu diselesaikan, dan mereka melanjutkan kegiatan untuk bersenang-senang. Pertama, anak-anak di arahkan menuju wahana jembatan kayu. Hampir seluruh anak didik Syifa dan kawannya ini takut untuk mencoba wahana ini. Karena mereka takut akan ketinggiannya.

“Adik-adik, kita akan mencoba wahana ini yah. Nah, siapa yang berani mencoba duluan?” tanya Syifa.

Semua anak didiknya diam saja dan terlihat sangat takut untuk mencobanya. Namun, Niko mencoba untuk membujuk mereka dengan memberitahukan hadiah apa yang akan didapat oleh para anak didiknya jika mereka berani mencoba beberapa wahana di hutan pinus itu.

“Kakak punya cokelat banyak. Nah, siapa yang berani mencoba terlebih dahulu nanti akan kakak kasih cokelatnya,” bujuk Niko.

Anak-anak terlihat sangat bingung. Di sisi lain, mereka menginginkan cokelat itu. Tetapi mereka juga memikirkan akan ketakutan mereka.

“Kalian enggak mau nih?” tanya Niko sembari tersenyum dan menunjukkan cokelat yang digenggam tangannya.

Dengan keadaan yang dikatakan sedikit memaksa mereka, salah satu dari anak didik Syifa pun memberanikan diri untuk mencoba jembatan kayu. Namanya adalah Agus. Seorang anak yang seharusnya jika ia berada di sekolah dasar duduk di kelas 6. Namun keadaan ekonomi orang tuanya membuatnya tak bisa sekolah, sehingga ia mengikuti program sekolah terbuka yang diadakan oleh Syifa dan dua orang kawannya.

Agus melangkah penuh kehati-hatian di atas kayu-kayu yang melayang terhubung dengan banyak tali. Di ujung jembatan tampak Niko dan Kevin tengah menunggu Agus untuk menyeberangi jembatan itu. Dalam genggaman tangan Niko terdapat sebatang cokelat untuk Agus yang nantinya berhasil melewati tantangan ini.

Maksud mereka mengajak anak didik mereka mencoba wahana-wahana di hutan pinus itu untuk membangun mentalitas berani dari para anak tersebut. Supaya apa? Supaya mereka tidak takut jika suatu saat nanti mereka berhadapan dengan masalah yang dapat menyulitkan mereka. Dan juga mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik kelak ketika sudah dewasa.

“Ayo Agus, kamu pasti bisa!” Syifa berusaha memberikan semangat pada Agus.

Ayo Agus…

Jangan takut, Gus…

Ucapan semangat pun saling bersahutan dari teman yang satu ke teman yang lain. Hingga Agus merasa tidak takut lagi, ia pun berhasil melewati tantangan menyeberangi jembatan kayu itu. Dan akhirnya, Agus benar-benar mendapatkan cokelat itu.

Setelah Agus menjadi yang pertama menyeberangi jembatan kayu, kemudian teman-temannya pun menyusul jejaknya Agus. Dan semua mulai tidak merasakan takut. Meski baru satu wahana yang mereka lalui. 

“Semuanya, kita kumpul dulu disini,” teriak Syifa yang sedang berada di rumah pohon sembari melambaikan tangan.

Anak-anak itu pun berlarian. Niko dan Kevin yang mengerjarnya pun hingga kewalahan, karena mereka berlari dengan agak cepat.

Niko dan Kevin menjaga anak-anak yang menaiki tangga untuk menuju rumah pohon. Syifa sudah menyiapkan beberapa cemilan untuk dinikmati bersama-sama. Dan anak-anak pun satu per satu sudah mulai berdatangan dalam rumah pohon itu. Syifa yang tengah terduduk menanti kedatangan mereka pun tersenyum manis ketika mereka semua sudah berkumpul.

“Kakak udah nyiapin cemilan buat kalian semua. Dimakan yah, semoga kalian suka.” Syifa menyunggingkan senyumnya.

“Nah, sambil kita ngemil, kakak mau ngasih pertanyaan buat kalian,” ucap Kevin.

“Apa tuh kak?” tanya Bella, gadis berusia 12 tahun yang duduk di samping Syifa.

“Kira-kira ada yang tahu enggak nih tujuan kakak-kakak tadi ngajakin kalian buat mencoba jembatan kayu?” tanya Kevin.

“Supaya kita enggak takut ketinggian kak,” jawab Agus.

“Yap, betul. Itu salah satu tujuan kakak ngajakin kalian buat nyobain tadi. Tapi ada tujuan utamanya. Apa sih kak Niko?” Kevin melempar pertanyaan pada Niko yang tengah melihat-lihat gambar yang di ambil Kevin di kameranya.

“Oke. Jadi, tujuan kita sebenarnya itu untuk membangun mental keberanian kalian. Gimana supaya kalian menjadi berani dalam menghadapi beberapa masalah ke depannya. Gimana supaya kalian menjadi kuat menghadapi masalah itu. Dan bagaimana supaya kalian bisa mengambil solusi terbaiknya,” jelas Niko.

“Nah betul tuh kak Niko. Apalagi kita ini termasuk orang yang kurang, pasti di setiap saatnya ada masalahnya. Entah itu terkait biaya hidup, tempat tinggal, bahkan sebagai pengajar pun kakak juga terkadang bingung harus cari tempat dimana yang cocok untuk kalian. Supaya kalian enggak gampang bosan, supaya kalian kelihatan senang gitu. Jadi, pada intinya hari ini mengajarkan kita agar kita menjadi orang yang berani, tangguh, kuat dalam menjalani hidup. Kita enggak boleh menyerah, meski di belakang kita ada masa lalu yang mencoba menarik kita, di bawah kita ada jurang berisi duri tajam yang siap melukai kita disaat kita terjatuh, dan di depan kita ada masalah yang akan selalu datang. Ingat, kita punya Tuhan yang akan selalu membantu kita. Dalam setiap ibadah kita, ketika berdoa pasti didengar oleh-Nya,” sambung Syifa.

Mendengar penjelasan Niko dan Syifa, anak-anak itu pun merasa terharu dan amat sangat berterimakasih kepada Kevin, Niko dan Syifa. Dengan susah payah selama 2 bulan mereka mengadakan program sekolah terbuka ini. Ketiga orang ini amatlah berharap, setelah mereka melatih keberanian pada anak didiknya, anak-anak ini akan terbentuk dan tumbuh menjadi seseorang yang tangguh dan berani dalam hidupnya masing-masing. Dan juga, selama mereka mengajar dapat memberikan masa depan yang cerah bagi anak-anak tersebut yang dapat membanggakan keluarganya.

Hari ini berakhir dengan pelukan hangat di dalam rumah pohon. Semuanya segera pulang setelah kegiatan di kawasan hutan pinus itu selesai. Dan hari ini menjadi hari yang amat berharga bagi Kevin, Niko, Syifa maupun anak-anak itu. Terutama bagi ketiga sahabat yang seperti lentera, yang memiliki harapan yang terang untuk membangun masa depan bagi anak-anak pedalaman.

-Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

@azizah_nuraina02

14 komentar:

  1. "Halo, Saya dita khalila mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Halo, Saya Muhammad Ardi Budiawan mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  4. Halo, Saya Alvito Dea Nova mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  5. "Halo, Saya Helmalia Triana mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  6. "Halo, Saya Restu Amaliah mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  7. "Halo, Saya Wahyu saya sangat menyukai Cerpen itu dan saya mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  8. Hallo semuanya saya Rintik saya sangat mendukung kegiatan fescom 2020, saya menyukai hasil karya dari Azizah Nuraina F, dan saya jadi tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina F

    BalasHapus

  9. Halo, Saya Nyimas Zakia mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  10. Halo, Saya Wardah Hanifah mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  11. Hallo, saya Wahyu mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik hasil karya dari Azizah Nuraini Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  12. Hallo, saya Adit mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  13. Halo, Saya Eka Rinarnigustin mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah

    BalasHapus
  14. Halo, saya Nooroin Siti Mardlyyah mendukung kegiatan fescom 2020 dan tertarik dengan hasil karya dari Azizah Nuraina Fatwaturrohmah.

    BalasHapus