Minggu, 15 November 2020

0

Tragedi Maut, Penghianatan dan Cinta by Budiarta Eka Wijaya

Tragedi Maut, Penghianatan dan Cinta

Hujan keras yang menguyur sore itu membuat kami terjebak di dalam kantin univesitas yang bernuansa semi kafe. Aku duduk disamping teman baruku yang memakai cardigan hitam terpaut kaos bermerek dengan sepatu yeezy yang sangat catchy yang kerap dikenal dengan nama Arnold. Dia adalah Seorang mahasiswa Jurusan Kimia yang berusia 20 tahun, dia keren, pintar, jago olahraga dan seni sekaligus merupakan mahasiswa teladan . Dia sangat popular di kalangan mahasiswi Dia adalah anak seorang pengusaha sukses. Dia taat beribadah dan mempunyai tata krama yang baik kepada setiap orang. 

Melihat Arnold membuat hatiku sedih dan merasa insecure2 dengan keadaanku yang hanya memakai kemeja pendek dengan celana jeans. Aku yang dikenal dengan nama Edward lahir di keluarga yang sederhana. Ayahku seorang pegawai swasta. Walaupun sedeharna keluarga kami hangat dan harmonis. Aku memang tak memiliki penampilan yang memukau tetapi aku adalah seorang yang bersemangat dan tulus.

Tepat di depan Arnold seorang gadis yang sangat manis dengan gincu merah, muka yang tirus, kulit yang putih bersih bersinar, mempunyai bau yang wangi bernama Agatha sedang asik bersenda gurau dengan Arnold. Agatha merupakan wanita pertama yang memikat hatiku. Kedekatannya dengan Arnold membuat hatiku serasa tercabik-cabik rasanya seperti menabur garam di luka sayatan. Aku pun mencari-cari alasan untuk pergi dari kafe itu. “Gaiss sorry banget aku harus pergi, ada urusan mendadak” jelasku. “nggak papa bro hati-hati ya bro”. Jelas Arnold. “hati-hati ya Ed” sambung Agatha. Dengan tegar aku pun meninggalkan kafe itu tanpa menoleh sedikit pun.

Tak terasa 2 bulan berlalu semenjak kejadian itu. Aku sudah tidak terlalu menghiraukan perasaan itu. Aku hanya fokus belajar untuk memberikan yang terbaik pada perlombaan bergengsi yang diadakan di kota Palu. Aku pun kaget Ketika melihat daftar anggota tim. Ternyata Agatha berada di tim yang sama. Entah apa yang kurasakan saat itu. Perasaan senang dicampur dengan kegelisahan, Sebab Agatha telah menjadi Kekasih sahabatku. Aku pun berusaha tak terlibat dalam percakapan dan menghindar sebisa mungkin.

Keesokan harinya pada tanggal 28 September 2018 tepatnya pukul 17.00 aku pun menuaikan ibadah kewajiban umat muslim, setelah itu aku memutuskan untuk bersantai sejenak di lobi hotel. Saat sedang asyik membaca Agatha datang menghampiriku dan berkata “Hai Ed sedang baca apa?”. Aku pun kaget jantungku tiba-tiba berdebar dan spontan aku berkata” eeh anu kok cuma novel doang”.

Suasana pun menjadi canggung. Untuk mencairkan suasana aku pun spontan berkata “Bagaimana hubunganmu dengan Arthur?” .“Hubungan apa kami Cuma temanan” balas Agatha. “Bukanya kalian itu pacaran ya?” jelas aku. “Kagak kok itu cuma gosip doang”. Kami larut dalam perbincangan ringan sampai terjadi guncangan yang amat keras. Telah terjadi gempa bumi yang amat hebat. 

Kami pun bergegas keluar tetapi tiba-tiba sebuah reruntuhan bangunan menghatam kepala Agatha ia pun pingsan. Dengan segenap tenaga aku pun membawa agatha tapi sialnya reruntuhan menghatam kakiku dan aku pun terjebak. Saat aku sudah pasrah aku kaget tiba-tiba Arthur muncul. Dia ternyata mengutit Agatha sampai ke palu. “Arthur tolong aku angkat reruntuhan ini kumohon” jelasku. Dengan muka angkuh Arhur membalas “Sampai Jumpa Edward, semoga masuk surga ya” . Dia pun berlari meninggalkanku aku hanya bisa berteriak “ARTHUR KUMOHON ARTHUR”. Tiba-tiba reruntuhan mulai berjatuhan menutup sinar matahari sore itu secara perlahan seperti harapanku untuk hidup yang mulai sirna. 

Aku tersadar dalam keheningan, aku merasakan seperti diambang kematian. Sekujur tubuhku serasa mati rasa. Entah Sudah berapa banyak darah yang terkuras. Perasaan Lapar dan haus meliputiku”Seseorang tolong aku”. Aku berteriak minta tolong setiap saat tapi tidak ada seorang yang mendengar. Entah sudah beberapa hari berlalu. Saat aku sudah pasrah dan ikhlas dengan kondisiku. Aku pun memutuskan untuk menuliskan isi hatiku dengan secarik kertas dan sebuah pena yang selalu kusimpan disaku celanaku, walaupun tak seorang pun bakal tahu. Aku bercerita dengan sangat dalam dan haru. Aku bahkan menangis saat menuliskannya. Aku belajar banyak dalam pertemanan moralitas itu penting dan dapat dinilai dari spiritualitas seseorang. Dalam saat terakhirku aku tiba-tiba mengingat tentagnya. Cinta yang kupendam selama ini belum pernah tersampaikan secara utuh. Aku tak rela meninggalkan dunia dengan perasaan yang terpendam ini. Siapapun yang menemukan cerpen ini tolong sampaikan perasaan ini padanya.

Nama : Budiarta Eka Wijaya

ID Instagram : Budiwijaya05

0 comments:

Posting Komentar