Rabu, 26 Agustus 2020
16.35 WIB
“ Baik anak-anak, kita cukupkan dulu pertemuan hari ini. Akhir kata, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh” ucap seorang guru di depan kamera dengan senyuman yang terukir di
bibirnya
“ Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh, terima kasih ibu” jawab murid-murid serempak
dengan kamera mode on, sehingga terlihat wajah sumringah mereka bahwa pembelajaran daring untuk
hari ini telah selesai.
“ Huft…” helaan nafas panjang terdengar ke seluruh penjuru ruangan, memecah heningnya sore
yang melelahkan.
’ Faradillah’ Papan nama yang terpampang jelas di pintu kayu itu mengalihkan lamunannya. Dilla
segera berdiri dari tempatnya dan pergi mengganti baju sekolahnya yang digantung di belakang pintu,
sehingga menutupi sebagian papan nama tersebut. Setelah selesai berganti baju, Dilla segera pergi keluar
kamar menuju ke pintu depan dan melihat seorang wanita paruh baya menghampirinya.
“ Loh ibu dari mana?” tanya Dilla, sambil menguncir ‘ Kuda’ rambutnya.
“ Barusan ibu jaga warung dan sekarang mau masak, sebentar lagi ayah pulang. Kamu gantiin
ibu ya sekalian jagain adik kamu Ais. Oh ya, nanti kalau ada Pak Tejo tolong buang sampah di depan
Dil” minta ibu tergesa-gesa
Dilla hanya mengangguk pelan dan segera berjalan menuju bangunan kecil yang dulu dijadikan
garasi. Sekarang dialih fungsikan, menjadi usaha warung kecil yang berdiri kurang lebih selama 3 tahun.
Sampai disana Dilla tidak heran jika Allisa adiknya yang masih berumur 7 tahun selalu membawa satu
kotak penuh mainannya dan memenuhi seisi warung. Dengan cepat Dilla segera mengumpulkan mainan
Ais dan menaruhnya di kotak mainan sedangkan Ais terlihat sedang menggambar sesuatu di kertas.
“Ais ngapain sih sibuk banget ya, sampai lupa mainannya berantakan.” ejek Dilla
“Ais lagi cibuk ah, Kak Dilla jangan gangguin aku” ucap Ais sambal menutupi gambarnya.
Dilla tersenyum kecil melihat tingkah lucu adiknya. Dilla segera mengambil kotak dus yang
berisikan mie instan dan menatanya di etalase depan. Saat menata beberapa barang di etalase, Dilla
mendengar seseorang memberi salam di depan warung
“ Assalamualaikum, Bu. Saya mau beli” panggil seseorang dengan nada yang cukup kencang.
Dilla bergegas menghampiri asal suara dan melihat Bu Retno berdiri membawa tas belanja
“Waalaikumsalam Bu Retno, iya ada yang bisa saya bantu” ucap Dilla tersenyum ramah.
“Loh Dilla tumben kamu yang jaga, Bu Yasmin di mana?” tanya Bu Retno penasaran.
“ Ibu ada kok di dapur lagi masak, ada apa ya Bu Retno?” balas Dilla cepat.
“Oh nggak kok, ibu cuma mau beli mie instan sama minyak goreng. Tadi ibu mau bayar belanjaan
yang kurang kemarin, tapi kalau lagi sibuk ibu titip kamu aja Dilla bisa kan?” tanya Bu Retno
mengeluarkan beberapa uang lembar 50 ribu rupiah dan menaruhnya di meja samping etalase.
“Iya Bu Retno, nanti Dilla kasih tahu ibu” jawab Dilla menyiapkan barang yang sudah di pesan.
“Oh ya Dil, tadi ibu lihat ada botol bekas berserakan di depan halaman kamu” timpal Bu Retno
“ Iya bu nanti Dilla bereskan. Ini belanjaan Bu Retno totalnya jadi 40 ribu rupiah” ucap Dilla
memberikan kantong belanjaan yang sudah terisi penuh barang yang di pesan dan menerima uang pas
dari Bu Retno.
“yaudah ibu duluan ya Dil, nanti tolong sampaikan ke ibu kamu ya” tambah Bu Retno yang mulai
berjalan meninggalkan Dilla.
Dilla segera menaruh uangnya di laci meja dan berjalan menuju halaman depan membawa
kantong plastik hitam sebagai wadah untuk menyimpan botol bekas yang masih layak pakai. Saat Dilla
sedang fokus membereskan botol bekas di halaman depan, tiba tiba ada yang menepuk pundaknya pelan,
sontak membuat Dilla terkejut dan menengok ke arah belakang
“Dilla kamu ngapain di luar mungutin sampah?” tanya Ayah yang masih duduk di sepeda
motornya, dengan tas yang masih tergantung di bahunya.
“ Oh enggak yah, Dilla cuman ngumpulin botol bekas yang tadi berserakan di sini” jawab Dilla
sambil menunjukkan isi kantong plastik hitamnya.
“ Oalah ya sudah kalau begitu, ayah masuk ke rumah dulu ya. Jangan lupa pakai maskernya”
timpal ayah yang memarkirkan motornya di halaman rumah.
Dilla pun hanya bisa tersenyum dan kembali memungut botol bekas yang masih tersisa dan dalam
waktu 5 menit Dilla sudah selesai membereskannya. Ia pun segera mengikat rapi kantong plastik itu dan
menaruhnya di pojok warung. Tidak lama setelah itu, Dilla mendengar suara mobil bak sampah dari
kejauhan. Dengan cepat Dilla segera mengambil kantong sampah yang dipesankan ibunya dan menuju
ke luar rumah.
“ Eh Mbak Dilla buru-buru kenapa?, gimana kabarnya Mbak Dilla?” tanya Pak Tejo, tukang
sampah keliling yang sering mengambil sampah di daerah rumahnya.
“Baik alhamdulillah Pak Tejo. Tumben bapak sendirian, rekan bapak kemana?” tanya Dilla
sambil memberikan plastik sampah ke Pak Tejo.
“ Oh nggak kok, bapak sama Rizki, anak pertama bapak. Dia lagi bantuin bapak di komplek
sebelah” jawab Pak Tejo menaruh beberapa plastik sampah ke bak mobil sampahnya.
“ Rizki sekolah dimana ya Pak kalau Dilla boleh tau?” tanya Dilla
“ Rizki sudah keluar sekolah Dilla dari awal pandemi karena gak bisa bayar uang sekolah dan
kebutuhan mendadak seperti ini juga sangat kurang” jawab Pak Tejo menghela nafas berat.
Dilla hanya terdiam dan menundukkan wajahnya mendengar jawaban Pak Tejo. Sekilas Dilla
menatap wajah Pak Tejo yang tertunduk menahan isak tangis. Namun suasana sendu tersebut terpecah
karena mendengar suara tangisan adiknya Ais yang membuat Dilla sedikit panik. Dengan cepat Dilla
segera berpamitan dan berterima kasih dengan Pak Tejo dan berlari pergi menghampiri adiknya.
“Ais kamu kenapa nangis?, baru kakak tinggal sebentar” tanya Dilla sedikit panik.
“ma-mainan Ais Kak Dilla” jawab Allisa tersedu-sedu memberikan bonekanya yang sudah rusak.
“kenapa bisa rusak Ais?” tanya Dilla terkejut melihat mainan adiknya yang sudah patah.
Tapi bukannya menjawab justru tangisannya Ais semakin kencang dan membuat ibu mendatangi
mereka dan menenangkan Ais dengan membawanya ke dalam rumah. Ibu juga menyuruh Dilla segera
menutup warung karena sudah mau malam.
Setelah menutup warung, Dilla masuk ke rumah dan pergi ke meja makan untuk makan malam
bersama keluarga. Hari ini suasana makan malam sangat sepi, hanya ditemani suara merengek Ais
meminta mainan baru. Tidak adanya perbincangan membuat Dilla kembali mengingat percakapannya
dengan Pak Tejo tadi sore, dan menatap ibunya yang sibuk menyuapi Allisa.
“ Ayah tau gak anak Pak Tejo yang namanya Rizki?” tanya Dilla membuka pembicaraan, sontak
hal itu membuat seisi rumah menjadi hening begitupun dengan tangisan Ais yang mereda.
“ Iya ayah tau. Tumben banget kamu nanya” jawab ayah yang terfokus dengan makannya.
“ Dilla denger anaknya Pak Tejo udah gak sekolah lagi ya yah?” tanya Dilla sedikit ragu.
“ Tahu dari mana, Dil? Jangan asal kalau ngomong” timpal Kak Reyhan dengan mata memicing
“ Iyaa benar, sudah dari awal pandemi Rizki keluar sekolah. Pak RT sudah mencoba untuk
membantu keluarga Pak Tejo meringankan kesulitannya. Tapi kamu tahu kan Rizki juga memiliki 3 adik
yang masih sekolah jadi hal itu masih jadi pertimbangan.” jawab ayah menatap Dilla dan sesekali melirik
Kak Reyhan. Setelah itu Dilla hanya terdiam karena tidak tahu harus membalas ucapan ayahnya dan ia
pun lanjut menghabiskan makanannya.
Selesai membantu ibunya membereskan makan malam, Dilla segera menuju ke kamar dan
termangu di meja belajarnya menatap layar laptopnya yang menyala. Dilla kemudian melirik mainan
Allisa yang rusak dan tergeletak di atas meja. Tiba-tiba Kak Reyhan masuk ke kamar Dilla dan
membuatnya terkejut.
“ Ih Kak Rey ngapain sih ke kamar Dilla gak ketuk dulu.” marah Dilla memasang wajah
cemberut.
“ Kenapa sih emangnya ngambekkan melulu, kakak kesini cuma mau tanya, kamu temennya
Rizki?” tanya Kak Reyhan menghampiri meja belajar Dilla dan menatapnya.
“ Bukan, Dilla tahu dari Pak Tejo.” Jawab Dilla singkat dengan tatapan terfokus pada layar
laptopnya.
“Loh itu kan mainan Ais, kok bisa sama kamu Dil? Kamu rusakin ya? Wah aku aduin ibu nih.”
ucap Kak Reyhan menunjuk mainan yang rusak di atas meja Dilla dan membuatnya panik.
“ Apa sih kak, ini emang udah rusak sama Ais, makanya itu tadi Ais minta beliin mainan baru.”
jelas Dilla menatap kakaknya sinis.
“oh ya kakak lagi beli barang di online nanti kalau ada tukang paket ambilin ya. Sekalian juga
nanti kalau ada yang mau dibantuin bilang aja sama kakak jangan sungkan” ucap kak Reyhan beranjak
pergi meninggalkan kamar Dilla.
Dilla menatap mainan adiknya yang sudah rusak dan mengamatinya. Lalu tanpa dia sadari Dilla
mengetikkan sesuatu di laman pencarian online dan pergi ke web video online untuk menonton satu
video. Setelah itu, Dilla menuliskan sesuatu di kertasnya dan berlari pergi ke halaman depan untuk
mengambil beberapa botol bekas yang tadi dikumpulkannya. Kurang lebih selama 2 jam, Dilla tidak
keluar kamar karena sibuk membuat sesuatu. Tanpa disadari jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB,
dengan segera Dilla bergegas tidur atau ibunya akan marah karena tidur terlalu larut.
Keesokan paginya Dilla tidak ada kelas karena hari ini semua guru ada rapat online untuk
persiapan menjelang akhir semester. Ia pun bangun lebih awal dari biasanya dan segera mandi juga
sarapan. Ibunya yang melihat tingkah Dilla hanya bisa menggeleng pelan, terheran berfikir entah apa
yang dia lakukan di pagi hari. Dilla pun kembali ke kamarnya segera melanjutkan pekerjaanya yang
tertunda tadi malam. Setelah 30 menit bergeming di kamarnya pagi hari, Dilla melihat adiknya Ais yang
sudah bangun dan duduk di meja makan, segera ia menghampirinya dengan membawa sesuatu di
tangannya.
“ Ehh Ais sudah bangun, kakak ada hadiah nih buat Ais.” ucap Dilla duduk di kursi sebelah Allisa.
Sedangkan Ais yang masih setengah sadar hanya mengangguk dan mengucek matanya pelan.
“ Tadaa…..boneka baru buat Ais” memberikan boneka dari botol dan tutup botol yang di lapisi
kain perca. Ais seketika menatap kakaknya Dilla dan melihat mainan yang dibuat Kakaknya.
“ Kamu suka gak?” tanya Dilla penasaran. Ais hanya diam memandang boneka di tangannya, dan
sesekali mengelus rambut merah lembut dari benang wol yang diikat kepang.
“Ais suka banget kak Dilla, makasih banyak” memeluk bonekanya kegirangan.
“ Waduh ada apa sih pagi-pagi sudah ramai” timpal ayah, duduk di meja depan Ais. Dan muncul
juga Kak Reyhan yang ikut duduk di samping Dilla.
“Ais dapet boneka baru dari kakak Dilla yah, lucu banget bonekanya.” ucap Allisa kegirangan
memamerkan boneka yang ada di tangannya.
“ Kamu bikin sendiri Dil? Tumben banget” tanya Kak Reyhan tidak percaya
“ Hehe, iya… Dilla sudah lama belajar buat kreasi kayak gini dari awal pandemi. Karena Dilla
juga hobi dan punya banyak waktu luang jadi Dilla belajar untuk berkreasi.” Jelas Dilla tersenyum
“ Untuk apa hasil kreasimu Dilla? coba jelasin sama ayah gimana kamu buatnya” minta Ayah
“Gampang kok yah, Dilla potong botol sesuai bentuk yang diinginkan, setelah itu menggunakan
tutup botol yang ditumpuk untuk membuat kaki dan lengannya dan ditempel menggunakan lem. Setelah
itu Dilla cat dan Dilla menambahkan benang wol untuk membuat rambutnya yang dikepang. Dilla juga
merias bagian wajah dan membuat baju dari kain sisa yang dijahit.” jelas Dilla sangat detail.
“ Dan kamu tahu manfaat apa yang di dapat dari kreasi kamu?” tanya kak Reyhan menambahkan
“ Iya Dilla tahu. Dilla bisa menjual beberapa kreasi karya Dilla yang memiliki nilai jual, dan
menjualnya di situs online. Nantinya hasil yang Dilla dapatkan bisa membantu orang lain yang
membutuhkan. Seperti anak sulung Pak Tejo. Mungkin juga Dilla bisa berbisnis dengan Rizki jika
memang di izinkan” jelas Dilla percaya diri
“ Iya bener, nanti Kak Reyhan bisa bantu kamu untuk masalah penjualan online dan situs online.
Karena di kampus kakak juga ada program peduli lingkungan saat pandemi dan membantu sesama”
tambah Kak Reyhan dengan senyuman sumringah.
“ Wah bangga ayah sama kalian, di umur yang masih muda sudah peduli lingkungan dengan
menghasilkan karya yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Juga semangat untuk membantu sesama,
nanti ayah akan memberitahu Pak RT tentang program yang kalian lakukan yang nantinya dapat
diwadahi dan dinaungi menjadi perkumpulan yang resmi dan terus berkembang.” Jelas ayah. Dilla dan
Kak Reyhan hanya mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.
Selama 2 minggu, program yang di usungkan oleh Dilla dan kak Reyhan membuahkan hasil yang
cukup baik. Atas kerja sama beberapa pihak, telah di resmikannya Laskar Proksima yaitu Program Karya
Seni Millenial dapat membantu beberapa orang yang membutuhkan dan peduli lingkungan dengan
menjadikan bahan bekas memiliki produk bernilai jual tinggi. Sehingga, banyak yang termotivasi dan
sukarela untuk ikut dan ikut berpartisipasi di Pondok Laskar Proksima.
Cerita Pendek karya Citra Dewi Rahmawati
Instagram: @citraadrr
Keren bangettt bismillah lolos!!
BalasHapusUwawwww sangat relateable bangeett,keren yukk semangat!!
BalasHapusKeren banget tolong, 🤩 bismillah ijo
BalasHapuskerennn!!! mantapp lah pokoknya
BalasHapuskeren bgt 🤩🤩🤩
BalasHapusKeren banget ceritanya! menarik jugaa
BalasHapusUdahlah cit langsung bikin novel aja
BalasHapuskeren bgttttt
BalasHapus