Selasa, 02 November 2021

33

Renaissance karya Shafira Alifia Ramadhan

Bagi seorang Samudra Pangaksami, hal yang paling menyebalkan adalah ketika ia sedang fokus mengerjakan sesuatu, tetapi terganggu dengan suara yang sangat bising. Ya, remaja 17 tahun yang akrab disapa dengan nama panggilan ‘Samu’ itu sangat membenci kebisingan. Ia beranggapan bahwa suara-suara itu hanya bisa membuat kepalanya pusing dan ide-ide cemerlang yang akan ia tuangkan dalam sebuah cerita menjadi buyar. Karena merasa tak tahan, Samu segera beranjak dari tempat duduknya dan mencari asal suara bising itu. Ternyata suara itu berasal dari luar jendela kamarnya. Samu melihat sekelompok pemuda yang sedang balapan motor berada di luar sana.

“Apa mereka gak ada kegiatan lain? Bikin ribut aja hobinya” ucap Samu dengan jengkel sembari menutup jendela kamarnya.

Terhitung sudah sekitar 1 tahun 7 bulan semenjak keputusan untuk melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 diberlakukan. Sebagai seorang siswa, ia pastilah merasa bosan dengan keadaan ini. Belajar hanya melalui laptop dan ponsel, jarang bertemu teman, dan hal lainnya. Apakah pemuda-pemuda yang hobi balapan motor itu juga sedang menghilangkan kebosanan karena pandemi ini?

“Tapi ya jangan mengganggu tetangga dong. Kalau mau balapan, apa tidak bisa di tempat sepi?” gerutu Samu sembari berjalan kearah meja belajarnya dan kembali melanjutkan naskah cerita yang sedang ia garap.

Samu suka sekali menulis cerita. Bahkan ketika ia sudah mengenal tempat di dunia maya untuk mengunggah ceritanya, Samu tidak pernah kelupaan untuk mengunggah setiap bagian cerita tersebut. Sayangnya, ia belum berani menunjukkan diri bahwa ialah penulis dari setiap cerita yang diunggah. Jika sekolah menginformasikan tentang lomba menulis cerita, ia hanya diam dan tak ingin bergabung. Jika ditanya mengenai alasan, Samu selalu menjawab masih malu jika cerita yang ia tampilkan memiliki kekurangan dan ialah penulis cerita tersebut.

Terlalu fokus dalam mengerjakan cerita buatannya, Samu seakan mengabaikan keadaan di sekeliling kamar. Seseorang berjalan mendekati Samu dari arah belakang dan berniat untuk membuat kaget si pemilik kamar yang terlalu fokus dengan layar laptopnya. Ketika hendak bersuara, seseorang tersebut langsung berhenti karena ucapan yang keluar dari mulut Samudra Pangaksami.

“Berhenti bertingkah deh Zey, aku tau kamu dibelakang mau ngagetin kan?” ucap Samu.

Ternyata seseorang yang ingin membuat Samu terkejut adalah teman sekaligus sahabat dekatnya sendiri, Zenayya Dwija Kencana yang biasa dipanggil Zey. Sebenarnya sudah dapat ditebak oleh Zey jika sahabatnya ini sebenarnya selalu menyadari kedatangannya. Setiap kali mencoba memberi kejutan, Zey selalu gagal. Bahkan pernah suatu ketika bukan Samu yang terkejut, melainkan malah dirinya sendiri. Masih menjadi misteri mengapa demikian. Zey yang ingin membuat Samu kaget, kenapa malah Zey sendiri yang kaget? Entahlah.

“Serius banget pak” ujar Zey.

“Iya dong, mau upload1cerita baru nih. Baca ya nanti” kata Samu.

Zey tiba-tiba menghela nafas dan mengambil kursi lain untuk duduk. Melihat sahabatnya bertingkah seperti itu, Samu menjadi penasaran.

“Kenapa?” tanya Samu.

“Malas ah, cupu banget upload banyak cerita tapi waktu FLS2N2 perwakilan sekolah gak berani ikut” sindir Zey.

“Kamu tahu betul alasannya loh Zey” jawab Samu santai.

“Yaa… iya tapi kenapa harus malu sama karya sendiri? Ih orang lain aja bilang karya kamu bagus” lama-lama Zey gemas juga dengan alasan Samu.

“Kata siapa?” Inilah yang membuat Zey gemas. Samu itu pura-pura tidak tahu atau memang sengaja merendah untuk meroket?

“Lihat aja deh, komentar-komentar dari pembaca cerita kamu tuh banyak yang memuji. Itu berarti mereka suka sama cerita-cerita buatan kamu. Kenapa malu?” cecar Zey untuk mendapatkan jawaban sebenarnya.

“Yaa malu karena belum percaya diri” lagi-lagi jawaban klasik yang Samu lontarkan.

Mendengar jawaban yang tak sesuai dengan bayangannya, Zey pun pamit untuk pulang. Tujuan awal ia datang ke rumah Samu adalah untuk mengantarkan rendang buatan sang mama. Sejak mereka kecil, keluarga Samu dan keluarga Zey sudah dekat seperti saudara. Tak heran jika Samu dan Zey pun menjadi sangat dekat.

Sore berganti menjadi malam. Jarum jam menunjukkan pukul 23 lebih 30 menit, tetapi Samu masih saja terjaga. Padahal semua tugas sekolahnya sudah ia kerjakan. Alasan Samu tetap terjaga adalah ia memikirkan pertanyaan Zey tentang kenapa harus malu dengan karyanya sendiri. Sebenarnya tidak percaya diri bukanlah alasan utama mengapa Samu tidak berani untuk menunjukkan dirinya bahwa ialah penulis dari cerita yang ia unggah di platform daring ataupun ia yang tak ingin bergabung ketika ada perlombaan menulis cerita. Alasan utamanya adalah ayah Samu tidak suka jika anaknya menjadi seorang penulis atau memiliki hobi menulis cerita.

“Haaahhh…. Tidur sajalah” setelah berkata demikian Samu pun mencoba untuk menutup mata dan tertidur.

Hari ini langit sangat cerah. Secerah itu pula senyuman yang terukir di bibir seorang Zenayya Dwija Kencana. Zey sangat semangat menceritakan film yang semalam ia tonton sebelum tidur. Hari ini Zey melakukan pembelajaran jarak jauh di rumah Samu dengan alasan ingin memberitahukan sesuatu ketika semua jam pelajaran selesai. Samu masih terfokus pada rangkuman materinya ketika Zey bercerita mengenai film yang semalam ia tonton. Hingga sebungkus roti tiba-tiba terletak di hadapannya. Ia menoleh kearah orang yang memberinya sebungkus roti.

Orang itu adalah Martin, teman sebangku Samu sekaligus sahabatnya selain Zey. Ya, mereka bertiga melakukan PJJ3 dari rumah Samu. Entah apa yang Zey dan Martin pikirkan, tetapi yang jelas alasan mereka ingin melakukan PJJ dari rumah Samu adalah sama. Sama-sama ingin memberitahu sesuatu pada Samu setelah jam pelajaran selesai. Samu sangat menantikan jam pelajarannya selesai karena penasaran dengan apa yang ingin diberitahukan padanya. Waktu yang Samu nantikan pun tiba. Jarum jam menunjukkan pukul 3 sore. Itu berarti pembelajaran jarak jauh mereka sudah selesai untuk hari ini.

“Yay akhirnyaaa” seru Zey karena senang ia dapat beristirahat sejenak setelah lama menatap layar laptopnya.

“Sekarang kasih tau aku apa yang kalian mau kasih tau” tanya Samu tak sabaran.

“Ehem… Jadi sebenarnya kita mau ngajak kamu buat gabung di tim kita Sam. Bulan depan kan ada FLS2N, nah aku sama Zey kepingin banget kamu gabung di tim kita untuk seleksi siswa perwakilan lomba” jelas Martin.

Samu nampak berpikir sejenak. Perasaan baru saja ia ditawari untuk ikut sebagai perwakilan lomba menulis cerita pendek di FLS2N tahun lalu, eh satu bulan lagi sudah waktunya FLS2N tahun ini. Raut harap tercetak jelas pada wajah Martin dan Zey. Mereka sangat berharap Samu mau bergabung pada tim mereka untuk diseleksi sekolah sebagai perwakilan sekolah pada FLS2N nantinya. Setelah berpikir cukup lama, Samu pun akhirnya angkat bicara.

“Oke, aku bakal gabung di tim kalian untuk seleksi” ujarnya.

Bak disambar petir di siang bolong, kedua sahabat Samu terkejut mendengar pernyataan yang baru saja Samu ucapkan. Mereka serentak berteriak dan mengajak samu untuk melakukan tos karena sangat bahagianya.

“Tumben ih, kenapa kamu mau Sam?” tanya Zey.

Martin yang mendengar pertanyaan Zey hanya bisa menggelengkan kepala. “Zey udah lah jangan tanya macam-macam. Nanti Samu berubah pikiran” kesal Martin.

“Loh aku kan penasaran” sungut Zey.

“Udah-udah” Samu mencoba menengahi dan kembali berkata “Semalem aku kepikiran, sebenarnya alasan aku itu bukan cuma karena malu akan karya aku. Tapi karena ayah aku kurang suka aku jadi penulis.”

Zey dan Martin sama-sama terkejut. Ternyata ada dua hal yang membuat Samu tidak ingin mengakui bakatnya di depan orang lain.

“Jadi aku pikir, kenapa gak dibuktikan ke Ayah kalau aku tetap bisa membanggakan beliau melalui bakatku ini?” terang Samu.

“Wah… Ternyata itu yang membuat kamu ragu. Pantas saja sih” ujar Martin mencoba memahami penjelasan yang Samu utarakan.

“Okeee… Jadi karena pekan depan hasil karya masing-masing tim sudah harus diseleksi sekolah, gimana mulai besok kita latihan? Nanti kita diskusi secara daring bareng Siti, Ainun, sama Andrew. Mereka satu tim juga sama kita” Zey semakin semangat saja.

“Boleh itu, nanti malam aku coba buat naskah cepennya” sahut Samu.

Zey melirik Martin untuk mendapatkan persetujuannya. Sebelumnya ia sudah berdiskusi dengan Siti, Ainun dan Andrew. Untungnya, mereka bertiga setuju jika latihan dimulai esok hari. Martin pun hanya menganggukan kepala tanda ia setuju dengan usulan Zey. Samu bahagia memiliki sahabat seperti Zey dan Martin yang selalu mendukung apapun keputusannya. Ia merasa sudah saatnya ia menunjukkan pada semua orang dan juga ayahnya bahwa menjadi seorang penulis bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan karena malu.

Seperti yang ia ucapkan tadi sore, saat ini Samu sedang mencoba menemukan ide untuk cerita yang akan ia ajukan pada saat seleksi Tim. Setelah berpikir beberapa saat, Samu akhirnya menemukan ide yang sesuai dengan tema yang ditentukan. Ia bergegas membuka laptop untuk mengetikkan kata demi kata yang nantinya akan terangkai menjadi sebuah cerita pendek.

“Baiklah Samu, saat ini pandemi memang menunda semua kegiatan tapi tidak dengan kreatifitas kamu” ujar Samu menyemangati dirinya sendiri.

Samu berpikir semua ini lucu. Ia yang selalu takut menunjukkan diri bahwa ialah penulis cerita-cerita yang dipuji orang, saat ini sedang mencoba menunjukkan diri ke permukaan. Ia harus berterima kasih pada Zey karena sudah menyadarkannya lewat kata-kata yang sukses membuatnya berpikir untuk berubah, juga Martin yang selalu mengajaknya mengikuti perlombaan bersama Zey.

Hari-hari pun silih berganti. Saat ini tibalah dimana pengumuman tim manakah yang akan mewakili sekolah dalam perlombaan FLS2N tahun ini. Keempat remaja yang saat ini berada di rumah masing-masing dan melihat ke layar laptop ataupun ponsel merasa sangat penasaran dengan pengumuman hasil yang akan dibawakan ketua tim mereka, yaitu Martin. Ketika sudah nampak Martin mengetikkan pesan pada grup chat mereka, baik Samu, Zey, Ainun, Siti, maupun Andrew dengan seksama menantikan.

Martin:

Halo teman-teman, baru aja aku dapat kabar mengenai tim mana yang lolos seleksi sekolah dan akan mewakili sekolah di perlombaan FLS2N tahun ini.

Belum ada satu pun dari rekan-rekan Martin yang membalas pesannya, termasuk Samu. Mereka berempat hanya menyimak dengan keadaan jantung yang berdegub kencang.

Martin:

Jadi… Tim kita berhasil lolos seleksi sekolah dan akan mewakili sekolah yeayyy.

Sontak keempat rekan Tim Martin pun bersorak di kediamannya masing-masing. Mereka secara bersamaan mengetikkan pesan untuk membalas pengumuman yang Martin berikan.

Samu:

Akhirnyaaa…. Terima kasih teman-teman atas kerja kerasnya. Selamat menjalankan pelatihan ya.

Andrew:

Puji Tuhan, kita akan mewakili sekolah nih teman-teman.

Zey:

Kita berhasil lolos seleksi teman-teman, yuk semangat untuk jadi perwakilan sekolah hihihi.

Siti:

Alhamdulillah kita lolos seleksi yeayy… Semangat latihannya teman-teman.

Ainun:

Yuk berjuang lagi untuk nama baik sekolah ^_^

Samu masih terbawa euforia mengenai keberhasilan timnya dan mulai memikirkan ide-ide lain untuk cerita pendek yang akan ia tulis pada saat perlombaan nantinya. Ternyata tidak semenakutkan itu menjadi diri sendiri dengan kelebihan yang dimiliki. Tidak semenakutkan itu menunjukkan karya hasil kreatifitas diri sendiri kepada orang lain. Juga banyak jalan untuk membanggakan orang tua melalui bakat yang ia miliki. Mulai dari perlombaan ini akan Samu buktikan pada ayahnya ia tetap membanggakan dengan keahliannya. Samu juga merasa bangga dengan sahabat yang selalu menemaninya dalam menemukan keberanian serta menjadi partner menemukan jalan untuk menuangkan kreatifitasnya walaupun hanya dari rumah.

-TAMAT-

Cerita Pendek karya Shafira Alifia Ramadhan

Instagram: @shafiraalifie

33 komentar:

  1. Seru banget ceritanya,kerenn

    BalasHapus
  2. dahla debut aja jadi penulis ini mah

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Diem2 bikin karya ternyata luv bgt lah, gokil bgt ceritanya wehh,smngt trs rak

    BalasHapus
  5. Renaissance artinya apa tuh

    BalasHapus
  6. Samu ada kok tsumu gak ada?😂

    BalasHapus
  7. Mantapppp... Lanjutkan dan tetap semangat....👍👍

    BalasHapus
  8. Luarbiasa tetap semangat....👍👍👍

    BalasHapus
  9. Cukup bagus, kembangkan terus biar makin okey

    BalasHapus
  10. Teruskan berkarya semanggat selalu...👍👍

    BalasHapus
  11. Kembangkan kreativitasnya...
    Sebaik-baik orang adalah bermanfaat bagi orang lain.

    BalasHapus
  12. Semangat dek.. semoga sukses ya.. aamiin..

    BalasHapus
  13. Baguss bangett. Terus berkarya yaa dan semangat

    BalasHapus
  14. Mau ketemu samu... tapi cuma fiktif wkwk

    BalasHapus
  15. Semangat belajar dan berkarya ya Dik

    BalasHapus