Selasa, 02 November 2021

56

Saluran Radio Sekolah Desa karya Devi Andini

 Sudah lebih dari satu tahun negara kami diserang virus covid-19. Aku masih tak menyangka kalau kami harus berhadapan dengan virus seganas ini. Aku pun masih tak sepenuhnya bisa beradaptasi dengan keadaan seperti ini. Begitu pula dengan keluarga dan teman-temanku.

Sebuah virus yang kehadirannya tak hanya memberikan dampak pada kegiatan akademikku, namun juga berdampak pada keadaan ekonomi keluargaku. Satu tahun yang lalu, sebelum adanya covid-19, aku begitu semangat membantu ayahku berjualan kapurung di pasar pusat kota. Melayani pembeli yang datang silih berganti, membantu membawa bahan-bahan dari rumah ke pasar, cekatan merapihkan peralatan setelah para pembeli pulang ke rumah masing-masing.

Kapurung buatan ayahku memang menjadi salah satu makanan favorit di pasar ini. Olahan sagu yang dicampur dengan kuah, ikan, sayuran, serta bumbu khas dari nenekku memang perpaduan yang begitu nikmat. Makanan ini adalah makanan khas daerahku yang sudah menjadi incaran orang-orang di pasar, terutama para pekerja yang hendak pulang ke rumahnya.

Namun sejak adanya covid-19, kegiatan di pasar mulai dibatasi bahkan jumlah pengunjung juga dibatasi. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk menekan penyebaran virus covid-19. Namun tak bisa dipungkiri, aku justru merasa sedih karena hal ini membuat dagangan ayahku yang tadinya laris menjadi sepi pelanggan. Apalagi semenjak adanya pandemi ini, aku harus melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Yang artinya aku harus menyiapkan banyak uang untuk membeli kuota internet.

Rasanya tidak mudah menghadapi situasi seperti ini. Aku takut kalau tahun depan, saat aku menginjak kelas 3 SMA, keadaannya masih terus seperti ini.

Sekolahku terletak di pedalaman Sulawesi. Aku, bapak-ibu guru, dan teman-teman sekolahku pun juga tinggal tak jauh dari sekolah. Namun kami tetap harus patuh pada peraturan untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Pembelajaran tatap muka ditiadakan bahkan wisuda kakak kelasku juga ditiadakan. Mereka hanya diperbolehkan mengambil berkas kelulusan, lalu pulang begitu saja. Tidak ada perayaan kecil-kecilan atau sekadar sambutan kelulusan dari kepala sekolah.

Untuk melakukan kegiatan pembelajaran pun, aku harus pergi ke rumah pohon di pinggir desa agar mendapatkan sinyal. Teman-teman yang lain pun juga seperti itu. Ada yang sampai rela pergi ke pusat kota agar mendapatkan sinyal, ada pula yang harus naik ke saung di tengah sawah orang tuanya. Entah sampai kapan situasinya akan terus seperti ini.

Saat ini aku sedang membantu ayahku merapihkan dagangan. Sebagai anak laki satu-satunya, mau tidak mau aku harus menemani ayahku sampai selesai berdagang hingga malam hari. Aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu karena sudah terbiasa melakukannya dari awal masuk SMA. Lagipula menyenangkan membantu ayahku di pasar setelah seharian suntuk menghadapi berbagai pelajaran dan tugas-tugas sekolah. Dan saat ini pun aku masih libur semester. Jadi waktu luangku cukup banyak untuk bisa membantu ayah.

Syukurnya hari ini pelanggan yang datang sudah mulai ramai karena kasus covid-19 sudah mulai menurun. Kejadian yang cukup menenangkan sebelum minggu depan harus kembali sekolah dan menghadapi semester baru di kelas 2 SMA.

Meskipun aku belum naik kelas, sudah banyak yang mempertanyakan apakah setelah lulus aku akan melanjutkan untuk kuliah atau memilih untuk bekerja. Aku hanya bisa tersenyum menjawab pertanyaan tersebut sambil mengatakan bahwa aku belum menentukan apa pun. Padahal sebenarnya aku ingin merantau ke Jawa dan mengambil kuliah teknik seperti Mas Fikri, anak Pak Kepala Desa. Tetapi hal itu hanya sanggup aku katakan ke Mas Fikri. Aku tidak berani mengatakannya kepada ayahku.

Omong-omong soal Mas Fikri, sejak adanya pandemi covid-19 ia begitu prihatin akan keadaan pembelajaran daring di desa kami. Aku pun sempat beberapa kali meminta bantuannya terkait masalah konseksi internet. Ia berpikir bahwa sekolah kami tidak bisa terus-menerus melaksanakan pembelajaran daring seperti ini. Harus ada sesuatu yang dilakukan demi kelancaran pendidikan kami.

Hingga akhirnya ia mengajak aku dan teman-temannya untuk merencanakan pembuatan saluran radio lokal yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sebenarnya aku sendiri tidak begitu paham bagaimana cara kerjanya dan apa saja yang harus dilakukan. Namun aku begitu tertarik dengan hal ini.

Waktu itu aku memperhatikan bagaimana Mas Fikri dan teman-temannya mengoperasikan komputer di rumahnya, mengecek mikrofon, memastikan alat pengolah suara dan alat lainnya bekerja. Mereka begitu cekatan dan dengan senang hati mau menjawab pertanyaan-pertanyaanku seputar radio tersebut, tentang perkuliahan, hingga beasiswa kuliah.

Aku begitu salut dengan kerja keras mereka. Rasanya ingin sekali bisa kuliah dan bisa bermanfaat bagi warga di desaku seperti mereka. Namun aku sendiri tidak yakin kalau aku bisa. Mengingat untuk kuliah itu sendiri membutuhkan persiapan dan biaya yang besar, sama seperti pembuatan saluran radio ini.

Pembuatan saluran radio ini membutuhkan waktu, tenaga, dan uang yang tidak sedikit. Mas Fikri telah menjelaskan agar tak perlu khawatir akan biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan saluran radio ini karena ada banyak donatur yang bersedia membantu. Teman-teman Mas Fikri pun dengan senang hati menjadi relawan untuk menyiapkan semuanya. Berbagai surat perizinan pun telah selesai diurus sehingga besok kami akan melakukan uji coba terhadap radio tersebut.

***

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Aku dan teman-temnku harus stand by di rumah masing-masing sambil menyalakan radio dengan saluran 107.8 MHz. Karena dari pemerintah sendiri hanya menyediakan saluran di antara 107.7 hingga 107.9 Mhz. Tidak mudah menemukan saluran tersebut dengan radio tua di rumah ini. Tetapi akhirnya aku berhasil menemukannya.

Pemasangan sumber radio dilakukan di rumah Mas Fikri. Dari sana Mas Fikri akan mencoba menyiarkan radionya. Penyiaran akan dimulai tepat pukul 9 pagi. Dan Mas Fikri akan mengucapkan beberapa kalimat yang harus kami catat, untuk dikumpulkan kepada ia agar ia tau seberapa baik frekuensi radio tersebut sampai ke rumah kami. Jika sudah selesai, kami harus datang ke rumah Mas Fikri untuk menjelaskan kualitas radio yang kami dengar dan menyerahkan catatan kami.

Pukul 9 pagi pun tiba dan suara Mas Fikri mulai terdengar dari radio. Aku mendengarkan dengan saksama, dan benar-benar tak menyangka kalau suara radionya begitu jernih. Terdengar salam dan sambutan kecil-kecilan dari Mas Fikri. Aku mencatatnya satu-persatu.

Aku yakin pembuatan saluran radio ini akan sangat membantu untuk kegiatan pembelajaran. Betapa menguntungkannya saluran radio ini. Aku tidak perlu menggunakan internet dan kuota, bahkan tidak perlu jauh-jauh pergi ke rumah pohon di pinggir desa hanya untuk mendapat sinyal. Cukup nyalakan radio dan duduk di rumah, aku pun bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan lancar. Rasanya tidak sabar untuk memulai pembelajaran semester depan.

Aku kembali mendengarkan ucapan Mas Fikri dari radio sambil berusaha mencatat dengan baik kalimat yang diucapkannya. Hingga akhirnya, aku tertegun dengan satu kutipan yang dibacakan oleh Mas Fikri, yang semakin meningkatkan semangatku untuk belajar di tengah pandemi, yang semakin menumbuhkan semangatku untuk bisa kuliah, meskipun aku sendiri tidak tau nasib hidupku ke depannya akan bagaimana. 

“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia karena dengan pendidikan, kamu dapat mengubah dunia.” – Nelson Mandela


Cerita Pendek karya Devi Andini
Instagram: @deevndn

56 komentar:

  1. kereeennn, semangat berkarya terus yaaa:)

    BalasHapus
  2. Kereen. Terus berkarya ����

    BalasHapus
  3. masyaAllah, tulisannya baguus

    BalasHapus
  4. aaaa!! Bagus banget loh jalan cerita ma pemikirannya!! Sering" Bikin kek ginii dongg!

    BalasHapus
  5. keren bangetttt!!! terus berkarya yaaa<3

    BalasHapus
  6. kereennn kakkk! semangat yahh, good luck!

    BalasHapus
  7. kerennn bgttt . fightingg✨

    BalasHapus
  8. Suka bangettt sama alurnyaa ^^ Good luckkk!

    BalasHapus
  9. Aaa bagus banget ceritanyaaa!!! semangat berkarya, sukses selalu🤗

    BalasHapus
  10. Keren banget😍semangat dan terus berkarya ya dek💪sukses selalu dek❤😊

    BalasHapus
  11. keren banget, semangat terus yaaa!!!

    BalasHapus
  12. keren banget topik nya, semangat terus ya

    BalasHapus
  13. aaaa keren banget! semangaaatt <3

    BalasHapus
  14. Wiiihhh keren parahhh, mangatttss

    BalasHapus
  15. demi apa ini keren paraahh🤩🤩🤩

    BalasHapus
  16. Kerennn bangett siii iniii🤩🤩🤩

    BalasHapus
  17. Woww keren banget ceritanya, mas fikri idaman😍

    BalasHapus
  18. CERITANYA KEREN!!!💓💓💓

    BalasHapus
  19. Suka bgt sama ceritanya���� semangat dan sukses selaluu

    BalasHapus
  20. AAAAAAA KEREN BANGETTTTTT, SUKSES SELALU YAAA❤️❤️❤️❤️❤️

    BalasHapus
  21. Keren banget gilaa������

    BalasHapus