Tania adalah seorang anak berusia delapan tahun. Tania belajar di kelas 3 Sekolah Dasar. Ia periang dan senang bermain dengan temannya.
Suatu ketika di hari Sabtu yang cerah, Bapak hendak mengajak Tania pergi ke luar untuk membeli buah-buahan. Bapak berkata, “Tania, ayo ikut!”
“Iya, Bapak. Aku mau ikut!” seru Tania. “Wah, kita mau pergi ke mana, Pak?” Lanjut Tania, masih dengan senyum riangnya.
“Bapak mau membeli buah-buahan segar di toko buah bersama Ibu. Hari ini Ibu ingin membuat jus jambu kesukaan kita, Nia!” jawab Bapak.
Tania senang sekali mendengar minuman kesukaannya akan dibuat Ibu. Ia juga semangat ingin segera pergi dengan Bapak dan Ibu. Tania akhirnya bersiap-siap untuk pergi. Ia mengganti pakaian dan merapihkan dirinya.
Sejak virus Korona (Covid-19) menyebar di Indonesia, semua warga yang bepergian ke luar rumah harus memakai masker. Bapak dan Ibu sudah siap dengan memakai maskernya. Namun, Tania belum juga memakai masker. Ia tidak mau memakai masker pelindung. Ia merasa panas dan tidak nyaman saat memakai masker. Bapak sudah membujuk dan merayu Tania untuk memakai masker. Ibu juga sudah memilihkan masker yang pas dan cocok untuk Tania. Sayangnya, Tania masih enggan untuk memakai masker.
Bapak khawatir jika Tania tidak memakai masker akan berakibat buruk bagi kesehatan Tania. Akhirnya, Bapak memutuskan Tania tetap di rumah bersama Ibu. Bapak pun pergi sendiri ke toko buah untuk membeli buah-buahan segar.
Melihat hal itu, Tania merasa kecewa. Ia menangis sejadi-jadinya di pundak Ibu. Ibu berusaha menenangkan Tania. “Tania, anak kesayangan Ibu...” ucap Ibu lembut sambil mengusap kepala Tania.
Dalam sendu tangisnya Tania berucap, “Ibu, kenapa sekarang kalau kita ingin pergi harus memakai masker? Tania mau ikut Bapak pergi ke toko buah. Tania tidak mau tinggal di rumah, Bu...” Ibu mengusap pundak Tania untuk membuat Tania tenang.
Tak berapa lama, Ibu mencoba memberi pengertian kepada Tania. “Nak, kamu pasti tahu banyak orang tua temanmu yang saat ini sedang dirawat sebab terkena penyakit dari virus Corona, bukan? Kita juga mendapat kabar Pakdhe Wiryo juga sakit terkena virus Corona. Kamu tahu kan, Nak?”
Tania mengangguk perlahan, tanda mengetahui. “Nah, itulah mengapa kita perlu memakai masker pelindung. Hal itu untuk menghindari kita dari terkena penyakit yang sama,” jelas Ibu.
“Memangnya kenapa kamu tidak mau memakai masker, Nak?” Tanya Ibu pada Tania.
“Aku sebenarnya tidak nyaman memakai masker itu, Bu. Wajahku terasa panas dan aneh saat bernapas”, jawab Tania perlahan.
“Ya, memang seperti itu, Nak. Kita memang merasa tidak nyaman pada awalnya. Ibu juga sama. Tetapi, lama-kelamaan kita jadi terbiasa,” ucap Ibu. Tania diam tanda mengerti. Ia mencoba menyerap nasihat dari Ibu.
Tidak berapa lama, Ibu berkata kepada Nia, “Bagaimana jika besok kita mencoba membuat masker kain dari jarik batik yang sudah lama tidak terpakai? Nanti ditambahkan dengan lapisan kain lembut di dalamnya agar tetap nyaman dipakai?”. Ibu tersenyum melihat Tania sambil menunggu reaksi anaknya.
Tak di sangka, Tania menyambut hangat ajakan Ibu dan menyetujui untuk membuat masker bersama. “Ya, Bu. Aku sangat senang membuat masker kain dengan Ibu. Ini pasti akan mengasah keterampilan Nia. Terima kasih banyak, Bu...” ujar Nia sambil menatap wajah Ibu. Ibu membalas ujaran Tania dengan senyum hangatnya.
Keesokan harinya, Tania bersama Ibu memilih jarik batik yang sudah lama tidak terpakai. Tania menemukan satu kain jarik berwarna hijau tua dengan hiasan motif batik dan bunga mawar putih keemasan. Kain jarik itu dulu sering digunakan Tania untuk bermain bersama teman-temannya. Tania menunjukkan kain itu kepada Ibu, ia ingin menggunakan kain ini untuk dimanfaatkan kembali menjadi masker. Ibu menyetujui keinginan Tania. Selain memilih kain jarik, Tania dan Ibu juga menyiapkan alat dan bahan lain yang diperlukan, seperti kapur tulis, tali ukur, benang, jarum, tali, dan kain halus untuk melapisi bagian dalam masker.
Proses pembuatan masker kain pun dimulai. Dengan tangan lihainya, Ibu mengukur panjang kain yang diperlukan dengan tali ukur dan menandainya dengan kapur tulis. Tania membantu menggunting kain untuk dijahit oleh Ibu. Ibu merapihkan guntingan kain yang dihasilkan Tania. Ibu mencobakan lebih dahulu kain hasil guntingan kepada wajah mungil Tania.
“Bagaimana, sudah pas belum, Nak? Tanya Ibu kepada Tania dengan sabar dan penuh perhatian.
“Sepertinya masih kebesaran, Bu. Terlalu lebar di wajahku, Bu...” ujar Tania pelan.
“Wah, iya, kamu benar, Nak. Oke, coba kita perkecil ukuran kainnya, ya!” balas Ibu.
Tahap demi tahap dilalui oleh Tania bersama dengan Ibu. Ibu menata dan menjahit kain jarik batik dan kain halus bersama-sama. Tania memperhatikan tangan Ibu yang menyusuri halusnya kain jarik batik dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah. Ibu dengan teliti menjahit kain. Kreativitas Ibu memang luar biasa. Hal inilah yang mulai tampak dalam diri Tania.
Beberapa waktu kemudian, Ibu selesai menjahit kain. Setelah jahitan masker rapih, Ibu menambahkan tali untuk melengkapi masker. Tania senang dengan hasil masker kain yang dia buat bersama ibu.
“Wah, bolehkah aku mencoba masker ini, Bu?” Tania bertanya dengan penuh antusias.
“Ya, boleh, dong! Masker ini kan Ibu buat untuk kamu, Nak...” jawab Ibu halus.
Tania tersenyum mendengar jawaban Ibu. Tania kemudian mencoba masker tersebut di depan cermin. “Wah, bagus sekali masker kain ini, Bu. Aku juga tidak merasa panas saat memakai masker ini.” Ujar Tania dengan matanya yang masih memandangi cermin. Ibu pun senang dengan sikap Tania.
“Bagaimana jika besok Tania belajar memakai masker saat pergi ke luar rumah?” Ibu bertanya sambil memandangi wajah mungil Tania.
“Iya, Bu. Tania mau mencoba. Aku tidak mau sakit, aku ingin sehat,” jawab Tania penuh keyakinan.
Dengan senyum syukur Ibu memeluk Tania. “Anak Ibu memang hebat!” ucap Ibu dalam pelukannya.
Keesokan harinya, Ibu mengajak Tania pergi ke warung Bu Nilam. Bu Nilam merupakan seorang pedagang sayur di dekat rumahnya. Sebelum pergi, Tania dengan riang gembira menggunakan masker kain yang kemarin dibuatnya bersama Ibu. Tak seperti kemarin, saat ini Tania mau memakai masker. Melihat hal itu, Ibu senang dengan sikap Tania. Masker kain itu pun menjadi masker kesayangan Tania.
**SELESAI**
Cerita Pendek karya Jihan Awaliya Hakim
Instagram: @jihan.awaliya